Enam
tahun sudah tak pernah lagi aku mengunjungimu
Terakhir
tahun 2006 saat Ibu, masih ada dan memeluk rinduku
Kami
menangis dalam letusan-letusan takbir idul fitri
Anak
dan ibu menunaikan Cinta dalam kefanaan masa
keluhuran
doa
kebaqaan
cinta
yang
timbul tenggelam pada sorak sepi hutan-hutan masa silam
Mungkin
satu tahun tujuh tahun atau sebelas tahun lagi
Aku
mengunjungimu,Salubulung, adakah yang tahu
Dan
tak akan ada lagi Ibu menyongsongku
Dengan
kecupan air mata dan pelukan sentausa
Karena
si anak pulang lagi ke rahim darahrindunya
Tetapi
aku akan pulang dengan rasa bahagia
Menghirup
tanah kelahiran dan menahan tangis di depan makam Ibu
Tetapi
apakah aku akan pernah pulang lagi, Salubulung
Ibuku
sudah tiada yang selalu memanggil-manggil dengan doa-doa putihnya
Bukankah
rambutnya yang purba kembali ke tanahair mula?
Tetapi
aku akan tetap pulang, Salubulung
Ayahku
masih ada yang kini dipapah kaki-kaki renta
Hanya
salat yang menopang badannya
Dan
rinduku kepadanya yang menenangkan air matanya
Meski
suaranya lelah tetapi doa-doa putih dan rindu yang murni
Menemani
tidurnya di rembang senja di ranjang kenangan
Kenangan
bersama Ibu, istri lahirbatin dalam selimut kesejatian
Oh
nadi-nadi rindu meleleh jua dalam arus doa-doa
Oh
Ayah-Ibu terkenang jua dalam sunyi sujud sembahyang
Oh
Saudara-Saudara, pabila luruh lagi dalam tangis dekapan?
Setiap
anak selalu rindu pulang kampung halaman
Halaman
ditumpahkannnya darah pertama
Halaman
dipekikkannya airmata awal mula
Meski
orang-orang tercinta, satu per satu menuju tiada
Aku
akan pulang ke bukit-lembahmu, Salubulung
Membawa
oleh-oleh anak-istri yang setia
Menemui
Ibu yang tiada
Merangkul
Ayah yang masih ada
Menangis
dan gembira di antara senyum-duka Saudara-Saudara
Aku
akan pulang ke sungai-sawahmu, Salubulung
Mencuci
dosa-dosa di sungai sembahyang
Biar
jernih dan benderang petualangan
Sebelum
hijrah jua ke RantauanTerakhir
Kampung
Halaman Keabadian
Tempat
Ibu bahagia, bersemayam Selamanya.
Kendari, 20 September 2011