Senin, 03 Oktober 2011

Berbalas Status di Facebook Grup Saubulung Rantau

Setelah memuat di dokumen Grup SR sebuah puisi “Rindu Salubulung” yang juga dimuat di blog ini, banyak anggota grup yang member reaksi, baik yang berhubungan puisi maupun yang tidak berhubungan langsung, tetapi lebih luas membicarakan kondisi sosial dan ekonomi kampung. Meskipun media ini, Grup SR atau Blog SR belum bisa memberikan sesuatu yang “nyata” bagi Salubulung, akan tetapi paling tidak menjadi media komunikasi bagi SR, media sumbangan pemikiran, yang bisa dikeluarkan secara santai, juga berkelakar. Berkelakar itu penting, karena para sufi juga memanfaatkannya untuk menyampaikan kebaikan dan kearifan.Umbaraka…

  Mulyawan Dtt
darako iko mamparonnok lolo uhai mata la...rasanya ingim kembali spt dulu ketika msh barinni2 k kiak...
21 September jam 4:19

hehehe. tuttuang toi tekadok ronnok uhai mata mantulis indee la. baik anna pakkaleha lolong taui tama di kampung. kela ara ak naung di kampung. lakufoto asang banua, lengkap penghuninya anna dipatamai di grup anna blog
21 September jam 4:27

Umbasusi anggota Grup SR yang lain. Mapiaraka indee puisi....
21 September jam 4:30

  Fauzan Fadil
mungkin kiat-kiat agar Grup SR itu lebih bermakna terpelajar dikit, maka perbanyak bedah potensi dan masalah-masalah dikampung, khusunya potensi mengembangkan ekonomi masyarakt. jangan sampai media ini hanya untuk tempat curhat dan ummuseng seperti assang & abang yang paddusengang. sya mau tantang neh. potensi pertanian apa yang bisa berkembang dikampung?. sy mencoba ternak, keliahtanntax yang tinggal di kampung lussu matte, tanaman pangan juga gitu, perekbunan juga gitu, asal deemmi seidi ya sudah puas. ayo kita bertani dikampung
21 September jam 5:19

  Hafidh Hail
jadi, tRiNgaT dgn AlmaRhum Ayahandaq 13 Tahun yg silam kanda,,,
Saat itu usiaKU bru skitar 9 thn, ktika prtama kali aq ingin prgi mninggalkn kMpuNg salubUlung untuk mrantau ke negeri org lain, Ayahandaq bRkata kpdKU bahwasannya Beliau ingin skli melihatq mnjdi org yg sukses di negeri org lain. Tp Allah trxata mmpunyai rencana lain dibalik keinginan Ayahku beliau dipanggil oleh sang Khaliq disaat aq bru klas 3 SMP...........
Smoga Di Alam sana Ayahandaku di berikan tempat yg layak di sisi-NYA .....
amin ya rabbal alamin
21 September jam 7:17

Untuk Om Fauzan Fadil setuju dengan gagasannya. artinya, kata-kata bijak dan menyentuh tattak siang diparalluang, biar kita2 ini ukda takkaluppe. hehehe. soal, bedah potensi di salubulung, setuju sekali, karena saya juga sering berpikir, mengapa kampung kt tertinggal dibanding Pada/Talippuki, apalagi Loka. Salah satunya karena (menurut saya) banyak terpelajar/wirausahawan yang tinggal di Loka, misalnya. banyak sarjana yang tinggal di sana dan kemudian jadi PNS. Salubulung banyak sekali generasi terpelajarnya, ampo, lekbak asang merantau. Banyak pengusaha ampo sukses di neegri orang. Salah satunya, solasohong taak Bapak Hasan Basri memiliki PT Mitra Salubulung Jaya, ampok berjaya di Tarakan. Hehehe. Perlu umbaik ara penyuluhan lahir batin di kampung dan langsung praktek. Ukda susi program Sapi, yang langsung nagerek atau nabaluk Papa Dakmaliana. Hahahaha.
21 September jam 23:41

untuk Hafidh Hail, yah puisi ini untuk menyentuh kita, siapa tahu ia bisa menepuk pundak kita dari rutinitas kehidupan sehari-hari. umbaraka la....
21 September jam 23:42

  Fauzan Fadil
nah itu contoh bagus semoga direktur PT Mitra salubung memanta ini, sy sebagai putra daerah berhak untuk meminta fee sehubungan dengan penggunaan Salububung di perusahaannya, kompensasi itu saya masukkkan ke bagian kas salubulung, gimana fudding apa dimnta secara halus atau secara paksa
22 September jam 2:34

  Hasan Basri
Siap melayani.. Dgn setulus hati.. (Xixxi)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
22 September jam 2:38

  Fauzan Fadil
trus kedua tolong beri info ke Kapala lingkungan agar Tata ruang Kampung salubulung dibuat sebaik-baiknya sehingga kemudian hari jangan seenaknya bikin pengembangan rumah, penanaman bunga dan pohon yang asri and tolong buat proposal untuk PUAP
22 September jam 2:39

  Hasan Basri
Sapix ditawarkan sampai ke tarakan heheh
Powered by Telkomsel BlackBerry®
22 September jam 2:41

Hahahaha setujuak tekadok iting. PT Mitra Salubulung Jaya, kalau bisa menyimpan Fee untuk Grup SR. Hahahaha. Jangan sampai Bapak Hasan Basri tersinggung, langsung nakiringangkiak fee ! Syawal. Hehehehe
4 jam yang lalu

Om Fauzan Fadil, silahkan bergabung di PT Mitra Salubulung Jaya di sini: http://www.facebook.com/home.php?sk=fl_2150921765755
4 jam yang lalu

  Hasan Basri
Bagaimana perkembangan tanaman kakao dan kopi.. Apa masih potensi di kampung atau ada potensi lain.. Bagaimana klu itu langsung kami beli utk ekspor ke LN.. Atau bisa juga dgn melkukan pengembangan potensi pertanian dgn sharing modal tapi hasilx kita langsung yg pasarkan?.. Mohon petinjuk Bapak Presiden Salubulung..
Powered by Telkomsel BlackBerry®
22 September jam 2:44

Serius.. Cuma syarat exspor juga harus diperhatikan kontrak kerjasamx.. Jgn sampai udah kontrak barang tak ada.. Mate balanda..
Powered by Telkomsel BlackBerry®
22 September jam 2:50

Saya setuju dengan Direktur PT Mitra Salubulung Jaya. Jika itu bisa dilakukan, kenapa tidak. Tapi harus ada yang koordinir di Salubulung. Kalau bukan Pak Jasman/Papa Dakmaliana, Daeng Lasigi, atau Mawang, hahahah. Tapi ini serius.

Salah satu kecenderungan di Salubulung yang harus segera dicarikan solusinya adalah, kita sering terpancing dengan dengan permainan Industri. Yaitu isu murahnya tanaman2 tertentu. Dan kadang kita selalu jadi korban. Misalnya warga disuruh menanam kelapa sawit, Jahe/Laia, Seong, Vanili, dan terakhir Nilam. Setelah warga menanam dan siap dipanen, pihak industri/pedagang/pembeli, menurunkan harga dengan sangat murah. Petani pun rugi. Seharusnya ada komoditas yang diunggulkan dan selalu dijadikan prioritas untuk terus diolah, dikembangkan, dan diproduksi. Misalnya padi, coklat, dan kopi.

Akan tetapi, produksi padi, coklat,dan kopi, khsusnya di Salubulung, berjalan di tempat dan tidak berkembang. Beda di Loka yang sudah jadi bahan industri, tidak sekedar untuk dimakan saja.

Saya kira ini adalah PR bagi kita semua, baik yang tinggal di Salubulung maupun di Rantau. Umbaraka...
22 September jam 2:52

  Hasan Basri
Ah.. Ternyata Presiden Salubulung ini ahli juga.. (Kura2 dlm perahu) xixi.. Ya bisnis harus fokus.. Kontrak harus jelas.. Biasa hal seperti itu permainan mafia .. Tapi klu kita fokus thdp penanaman tertentu insya alloh hasilx akan beda..dan pasarnya juga jelas.. Oh ya saat ini sy butuh bulu ayam, itik dll untuk di ekspor ke china..
Powered by Telkomsel BlackBerry®
22 September jam 2:57

  Hafidh Hail
Om, Syaifuddin Gani@ ibetul sekali itu kanda,
biar menjadi Motivasi buat kita semua....
heheh
22 September jam 5:51

  Fauzan Fadil
sy pux akses ke Dinas Pert. and Perkebunan Mamasa ata sulbar kalo ada saudara yg mau bertani beneran mari kita bantu
8 menit yang lalu

Hahahaha betul sekali. Masalahnya di kampung kita tidak ada pembaharuan pemikiran, sehingga cara pikir begitu2 saja. Mungkin, salah satu hal yang bisa mendorong perubahan di kampung kita, adalah, orang seperti Bapak Hasan Basri, Om Fauzan Fadil, Nikman, dan pengusaha lainnya, tinggal di kampung dan bekerja di sana.

Meskipun bukan berarti kita yg tinggal di rantau harus pindah ke Salubulung, karena ini sangat maparrik. Ini adalah hal yang sangat dibutuhkan demi berubahnya suatu daerah. Mambi misalnya, menjadi pusat bisnis dan perputaran ekonomi di PUS karena di dalamnya didiami banyak orang dengan beragam aktivitas. Loka menyusul dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus. Menyusul Pada/Talippuki.

Ampo memang butuh usaha ekstra, karena tidak mungkin kita yang tinggal di rantau, kembali lagi ke kampung, karena pindah tugas tidak mudah. Mungkin yang paling bisa dilakukan adalah “pemberdayaan” sola anuk kendeng jaho di ampung dinoa. Umbaraka…
22 September jam 7:02

Hafidh Hail susi tea la. Mua deengngi fotona Papamu anna keluarga besarmu, masukkan di grup, mane kupata boi di blog le
22 September jam 7:03

Setuju dengan niat Om Fauzan Fadil. Saya kira harus ditindaklnajuti dengan baik pula. Soal "perbedaan" pandangan tentang yang dudlu2 itu, kita "lupakan" saja dulu. Kita fokus membangun kampung dalam pengertian yang sebenarnya. Membangun di semua lini dan bisa dimulai dari lini mana saja, meminjam istilah Cak Nur.
22 September jam 7:05 · 
Syaifuddin Gani@; Iyye,,,,,
22 September jam 7:10

 Hasan Basri
Baik.. Insya alloh klu ada kesempatan sy akan mampir dan coba diskusi langsung ttg hal ini..
Powered by Telkomsel BlackBerry®
22 September jam 7:35

Tidak ada komentar: